Berita dan Pengumuman

Apakah pembelajaran berbasis teknologi sudah menyenangkan? Temukan jawabannya disini

  • Di Publikasikan Pada: 14 Nov 2020
  • Oleh: Admin Pendidikan Islam | Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar acara seri 3 Kuliah Pakar Program Visiting Profesor dengan Tema Etika Profesi dalam Pembelajaran Masa Masyarakat 5.0, Sabtu (14/11/2020). Sebagai narasumber Dr. M. Arfan Mu’ammar, M.Pd.I dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr. Wanggo Warsito dari Universitas Widya Dharma Klaten dan Dr. Herwina Bahar dari Universitas Muhammadiyah Jakarta. Sedangkan sebagai moderator Dr. Romelah, Sekprodi Program PAI Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Webinar diadakan melalui Zoom Meeting selama 2 jam.

Dalam tema besar tersebut Dr. M. Arfan Mu’ammar, M.Pd.I, Sekretaris Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya mengambil fokus tentang Learning Based Technology For Happier Life yaitu Pembelajaran Berbasis Teknologi untuk Kehidupan yang Lebih Baik.

Society 1.0 jaman manusia menggunakan alat-alat sederhana. 2.0 revolusi industry sudah ditemukan pabrik pabrik. 3.0 mulai ditemukannya komputer beserta perangkatnya. 4.0 masa masa internet arti official intelegent sekarang. Adapun society 5.0 ada yang mengatakan terlalu premature lahirnya, seharusnya nanti pada tahun 2045. Tapi ada yang mengatakan jangan nunggu manusia itu dikuasai teknologi baru dilahirkan society 5.0 karena mestinya memang sekarang waktu yang tepat,” papar Arfan.

Intinya society 5.0 masyarakat tidak meninggalkan teknologi tapi masyarakat juga tidak dikuasai teknologi, lanjutnya. Orang China memandang technology for productivity yaitu teknologi untuk produktivitas kerja. Orang japan menggunakan technology for happier life artinya teknologi untuk kehidupan yang lebih bahagia. Pertanyaan besar yang muncul adalah “Jika dikaitkan dengan koteks Pendidikan apakah pembelajaran teknologi pendidikan saat ini is happy, apakah sudah membahagiakan?”

Pada kenyataannya kondisi saat ini daring banyak mengalami keluhan. Bahkan Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengizinkan pemerintah daerah untuk memutuskan pembukaan sekolah atau kegiatan belajar tatap muka di sekolah mulai Januari karena terlalu banyak keluhan berbasis daring online ini.

Dosen Program Pascasarjana ini mengungkap kenyataan siswa dikejar pengetahuan bukan mengejar pengetahuan sehingga terlalu banyak materi yang dibebankan. Dampaknya belajar tidak menyenangkan, tertekan. Padahal pembelajaran seharusnya PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) seperti Joyful Learning, BCCT, Messy Play Center dan lain-lain. Dalam membentuk pembelajaran yang menyenangkan inilah kehadiran mudarris atau guru sangat penting. Pembelajaran yang menyenangkan bermula dari ruhul mudarris atau ruh seorang guru. Metode lebih baik dari pada materi. Guru itu sendiri lebih baik daripada metode. Ruh daripada guru lebih baik daripada guru itu sendiri.

Bagaimana kriteria ruh guru yang baik? Ruh guru yang baik harus memiliki sifat keikhlasan, mendoakan murid, dan menjadi teladan. Jika dikaitkan dengan etika profesi maka akan ada etika guru dengan dirinya sendiri, etika guru dengan peserta didik, etika guru dengan wali peserta didik, etika guru dengan rekan sejawat, etika guru dengan masyarakat.

“Tujuan daripada etika profesi di masyarakat 5.0 itu adalah pembelajaran yang tetap menggunakan teknologi untuk kehidupan yang lebih baik bukan untuk membebani, menambah depresi, dan dikejar-kejar pengetahuan.” Simpul Arfan dalam presentasi webinarnya.

Penulis: Nuh Musthofa